lpmrhetor.com – Pasca dibatalkannya kegiatan Suara Tiga Zaman, ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara (HMPS HTN) mengaku kecewa kepada pihak kampus, terutama pihak Kepala Prodi (Kaprodi). Fajri, Ketua HMPS HTN, menganggap Kaprodi seperti lepas tangan ketika kegiatan yang diselenggarakan oleh SMI tersebut batal.
“Layaknya orang tua, seharusnya ketika (mahasiswa) ada masalah itu dibantu tapi ini malah kayak gini (dibiarkan),” ujar Fajri, saat diwawancarai lpmrhetor.com pada Sabtu (7/11/2024).
Suara Tiga Zaman merupakan kegiatan perayaan hari lahir Munir yang juga dimeriahkan dengan konser dan diskusi bertema Hak Asasi Manusia (HAM). Semula, kegiatan ini hendak dilaksanakan di UIN Sunan Kalijaga pada tanggal 8 dan 10 Desember, namun, batal.
Fajri menjelaskan bahwa kerja sama antara Social Movement Institute (SMI) dengan pihak Program Studi HTN dan HMPS HTN ini memiliki tujuan yang jelas. “Acara ini itu rencana kami adakan di UIN Sunan kalijaga karena tempatnya yang cukup strategis di tengah kota dan karena ada tawaran penggunaan di ruang Convention Hall (CH), Multi Purpose (MP) dan Ruang teatrikal,” jelas Fajri.
Namun, beberapa hari sebelum waktu pelaksanaan kegiatan, pihak UIN Sunan Kalijaga membatalkan kerjasamanya secara sepihak. Melalui konfirmasi Fajri, kerja sama penyelenggaraan agenda Suara Tiga Zaman dibatalkan setelah Kaprodi dan Dekanat mendapat intervensi dari pihak Rektorat.
“Semuanya tadi aman-aman aja, tapi perubahan ini terjadi ketika adanya rapat antara Kaprodi, Dekanat dan Rektorat,” ungkap Fakhruroji, anggota SMI, melalui wawancaranya via WhatsApp. Rektor mengintervensi dan meminta agar acara atribut yang berkaitan dengan UIN Segera diturunkan. Pihak kampus juga sempat menyatakan, kerja sama dibatalkan karena ditakutkan akan menghambat pembangunan Kampus 2 UIN Sunan Kalijaga yang berada di Pajangan, Bantul.
Fajri juga mengungkapkan kekecewaannya yang mendalam terhadap pejabat kampus. Hal ini sangat mengecewakan pihak SMI dan HMPS HTN, karena menggambarkan dan mempertontonkan pejabat kampus yang tidak bertanggung jawab. Tidak memberikan ruang diskusi dan ruang berekspresi untuk mahasiswanya. Alih-Alih demi menjaga nama baik kampus, namun nyatanya kampus terlalu takut mengambil keputusan dan berujung membiarkan mahasiswanya hidup lugu di jalan kesengsaraan.[]
Reporter : Rosa Amelia
Editor : Naufal Zabidi