Gerakan kolonialisme Belanda di Indonesia adalah ekspansi kapitalisme; komoditas dan pasar. Dalam tahun terakhir Ranggawarsita, mesin pembawa perubahan digerakkan di Jawa secara keseluruhan. Mesin itu adalah modal. Zaman modal, zaman politik kolonial yang liberal dan kapitalisme swasta.
Lahirnya perlawanan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat tidak lepas dari reaksi terhadap gerakan kolonialisme, perlawanan-perlawanan dari organisasi berbasis agama Islam terhadap Belanda adalah penolakan terhadap politik kolonial.
Pemerintah kolonialisme Belanda pada awalnya tidak turut campur dalam sistem pendidikan Islam di kalangan masyarakat. Tapi setahap demi setahap pemerintah kolonial Belanda mulai memperlihatkan tekanan dan serangan terhadap lembaga sosial keagamaan. Belanda berupaya keras untuk menekan pengaruh umat Islam terhadap masyarakat, Kenyataan ini membentuk stigma masyarakat bahwa pemerintah Belanda tidak mendukung kemajuan kehidupan umat Islam. Di sini pada akhirnya semakin banyak tekanan dan operasi yang dilakukan oleh kaum kolonial, maka semakin positif respons umat Islam dengan memandang agama mereka sebagai penggerak utama dalam upaya membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
Dalam perkembangan lembaga-lembaga sosial keagamaan pada masa kolonialisme pada mulanya membentuk otoritas keagamaan dan lahirnya gerakan organisasi-organisasi sosial keagamaan islam di masa kolonialisme, semua tidak muncul begitu saja dari ruang kosong atau terjadi secara tiba-tiba, misalnya Sarekat Islam (SI). SI tumbuh dan berkembang dari Rekso Roemekso. Rekso Roemekso yang didirikan oleh Haji Samanhoedi adalah sebuah perkumpulan tolong-menolong untuk menghadapi para kecu pencuri kain batik yang dijemur dihalaman tempat pembuatan batik. Oleh karena itu, organisasi Rekso Roemekso adalah sebuah organisasi ronda yang bertugas mengawasi keamanan daerah.
Pada tahun terakhir 1911 dan awal tahun 1912 terjadi perkelahian kecil di jalanan antara orang-orang Jawa dari Rekso Roemekso dengan orang-orang Tionghoa dari Kong sing. Serangkaian perkelahian ini mengundang penyelidikan polisi terhadap status hukum Rekso Roemekso, sebuah penyelidikan yang kemudian mengubah Rekso Roemekso dari sebuah organisasi ronda yang sederhana menjadi Sarekat Islam.
Pada masa itu setiap perkumpulan tanpa status hukum dapat dibubarkan setiap saat dengan perintah residen. Masalah status hukum menjadi begitu penting bagi kelanjutan Rekso Roemekso. Tetapi pada waktu itu kepemimpinan Rekso Roemekso terdiri atas para pedagang batik dan beberapa pegawai rendah sehingga mereka terlalu sulit untuk mengerti dan mampu untuk menyusun anggaran dasar dan mengikuti proses hukum untuk meminta kepatihan dan residen mau mengakui anggaran dasar serta menjamin status hukum dari perkumpulan tersebut. Hal ini menjadi alasan Haji Samanhoedi meminta bantuan Martodharsono yang pernah menjadi redaktur Medan Prijaji.
Saat diselidiki polisi, Martodharsono mencoba menghindar dari masalah-masalah hukum dengan mengatakan bahwa Rekso Roemekso adalah Serikat Dagang Islam cabang Bogor. Ketika Polisi meminta anggaran dasarnya, Martodharsono meminta bantuan Tirtoadhisoerjo. Tirtoadhisoerjo menyusun anggaran dasar, lalu menyerahkannya pada kepala Onderafdeling dan mengumumkan pembentukan cabang SDI bogor di Surakarta dalam surat kabarnya. Rekso Roemekso, sebuah organisasi ronda, diberi nama baru Sarekat Dagang Islam.
Perkumpulan itu diberi nama Sarekat Islam sejak awalnya, walaupun orang-orang solo menamakannya Sarekat Dagang Islam. Dalam kenyataannya, perkumpumlan ini dari segi organisasi mengacu pada Rekso Roemekso yang merupakan organisasi ronda dan bukan perkumpulan dagang, seperti SDI Bogor.
Tetapi dalam anggaran dasar yang dibubuhi kata-kata modern, organisasi itu ditetapkan sebagai perkumpulan umat Islam yang bekerja demi “kemajuan”, dimana Islam menjadi tanda bagi bumiputra, yang dikenal sebagai perkembangan Sarekat Islam. Dan Sarekat Islam berkembang dan memiliki pengaruh, terutama di kalangan pedagang dan pekerja.
Sarekat Islam menjadi wadah bagi masyarakat pribumi untuk memperjuangkan hak-hak mereka atas penindasan kolonialisme dan tujuan dari Sarekat Islam adalah untuk memperjuangkan keadilan sebagai saudara satu sama lain, memperkuat solidaritas diantara umat islam dan memncoba mengangkat rakyat untuk mencapai kemakmuran, kesehjatraan dan kejayaan. Hal itu membuat Sarekat Islam dalam waktu singkat berkembang menjadi Gerakan nasionalis, dan ekonomis berasaskan Islam.
Dan seiring waktu, sarekat islam berkembang menjadi organisasi yang ditakuti oleh kolonialisme Belanda sebab menjalankan aktivitas politik yang menonjol dan melakukan pergerakan massa secara masif di berbagai tempat yang mempengaruhi kekuasaan Belanda.[]
Penulis: Fery Pahlavany
Editor: Naufal Zabidi