Senin, 19 Desember 2022, “Abolish the Leviathan” Yogyakarta mengadakan pameran karya seni yang bertajuk “Perampasan Ruang Hidup; Kita Hanya Menunggu Giliran”. Sebanyak 30 karya seni dipamerkan di area lobby Cafe Balakosa Coffe & Co. Karya-karya tersebut merupakan hasil dari open submission dari beberapa pegiat seni. Acara ini berkolaborasi bersama Abayya, Crockroach, Ilegal Art, Jae Anam, Januar Azmi, Kolasoke, Ntot Back, Rembolysm, Rolin Noris, Needle n Bitch, LPM Rhetor, Jaga Nyala, LPM Ekspresi dan LPM Arena.
Nama “Leviathan” terinspirasi dari salah satu bait lagu yang menjelaskan bahwasanya “Leviathan” adalah monster laut yang menentang takdir dan tidak mau menerima perintah para dewa. Berangkat dari konsep tersebut, terselenggarakannya event ini adalah bentuk menyuarakan kebebasan dan media penyampaian refleksi dari keresahan terhadap berbagai kelakuan penguasa. Di antaranya ialah konflik agraria, pembatasan kebebasan berkespresi, kesetaraan gender dan respon dari RUU KUHP serta beberapa keresahan lain. Hal ini diungkapkan oleh Eko (bukan nama sebenarnya) selaku panitia penyelenggara.
Tujuan utama pameran ini adalah membangun kesadaran, merawat nafas perjuangan dan menjaga kesadaran solidaritas publik bahwasannya kebebasan adalah hak segala dari segenap masyarakat. Eko berharap adanya event tersebut dapat bersama-sama mengawal isu-isu yang masih menjadi polemik di hari ini.
Selain pameran karya seni lukis, Leviathan juga menghadirkan diskusi dan nobar film. Yaitu film Pom Poko, The East, Dago Elos Never Lose dan film Women at War. Ada juga agenda workshop rajut, cukil dan kolase. Hari terakhir diisi dengan diskusi publik dan beberapa musisi yang akan tampil. Pameran ini berlangsung pada 19-24 Desember 2022.
Fotografer: Syarif Hidayat (Magang)
Editor: Muhammad Rizki Yusrial