Peran Penting Perempuan dalam Perubahan Iklim

95
Foto : Minhatul Mabruroh

lpmrhetor.comIbu-ibu Kulonprogo yang tergabung dalam Kelompok Tani Karisma mengadakan diskusi di Bale Klegung, Kalibawang, Kulonprogo, D.I.Yogyakarta, pada Senin (16/09/2024). Diskusi bertajuk Kisah-kisah Dampak Perubahan Iklim pada Perempuan Indonesia merupakan salah satu Kelas Sinau Festival Perempuan Istimewa yang diselenggarakan oleh Solidaritas Perempuan Kinasih. Mereka menyampaikan adanya perubahan-perubahan iklim yang terjadi di sekitar lingkungan mereka akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. 

Ida, selaku penggerak Kelompok Tani Karisma menyatakan, penggunaan bahan kimia saat memasak mengakibatkan panas dan rasa gurih masakan menjadi kurang. Menurutnya, memasak dengan menggunakan kayu dapat meringankan beban ekonomi walaupun harus sedikit berusaha.

“Sampai sekarang saya masih menggunakan pawon dengan memanfaatkan kayu-kayu yang ada di kebun. Saya ada kompor, tapi tidak pernah saya pakai karena sayang sekali kayu-kayu yang ada di kebun. Dari segi ekonomi juga saya bisa tekan sedikit daripada untuk membeli gas, masih bisa saya gunakan yang lain,” jelas Ida. 

Perubahan iklim tidak dianggap serius oleh masyarakat. Bahkan masyarakat pun memakai produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Sulit membayangkan adanya kabar baik tentang perubahan iklim karena semakin kesini semakin banyak berita buruknya daripada berita baiknya. Dari cuaca yang tidak menentu, kerja-kerja petani menjadi terganggu, musim kemarau dan penghujan tidak bisa diprediksi yang berpengaruh pada hasil panen pertanian.

“Saya kasihan lihat orang utan yang tempat tinggalnya di tebang buat lahan sawit,” ungkap Christine, salah satu penggerak Kelompok Tani Karisma. “Jadi, yang pertama kali saya cari adalah minyak kelapa. Awalnya suami sama anak saya gak setuju karena baunya nggak enak. Tapi setelah saya terbiasa dan memilih kelapa yang bagus untuk saya konsumsi, saya pakai minyak kelapa bikinan sendiri sampai saat ini,” lanjutnya.

“Suami saya juga nggak mau pakai minyak kelapa. Baunya itu nyengat, aromatik, dan terlalu bikin gurih jadi terlalu eneg gitu. Tapi kan saya ngeyel ya,” tambah Ela, salah satu anggota JAMPIKLIM (Jaringan Masyarakat Peduli Iklim) Jogja.

Peran perempuan sangat penting terhadap perubahan iklim. Keterlibatan perempuan dalam menjaga kestabilan iklim terlihat dari perannya mengedukasi keluarga dan masyarakat tentang pengelolaan sumber daya alam. Perempuan memiliki peran yang kuat dalam mengembangkan inovasi dalam mengatasi perubahan iklim yang terjadi, seperti pada sektor pertanian maupun dalam pengelolaan lingkungan. Terutama di Indonesia, sudah banyak bahan pangan yang sekarang mulai terancam kesediaannya. Dikarenakan adanya perbedaan antara usaha dan hasil panen yang didapatkan menjadikan adanya krisis petani. 

“Sulitnya petambak garam di Bali itu dikarenakan permukaan air laut yang semakin tinggi. Jadi, tambak garamnya semakin menyempit. Bekerja di sawah juga semakin berat karena siang panas sekali, waktu bekerja menjadi pendek. Hal yang sama juga terjadi di NTT yang dulunya ada satu desa yang menjadi penghasil pisang kepok terbesar, tapi karena adanya perubahan iklim membuat ada serangga-serangga yang menjadi penyebar bakteri,” ungkap Aisyah Hilal, manager eksekutif organisasi Iklimku.[]

Reporter : Minhatul Mabruroh

Editor : Syarif Hidayat

You may also like

Diskusi Film The Silent Child: Sudah Saatnya Pers Memproduksi Konten Ramah Disabilitas

lpmrhetor.com – Dian Dwi Anisa, anggota Aliansi Jurnalis