Demi menanti gelaran “NYALAKAN!” Indonesia Artivist Climate Fight dibuka, banyak orang dari berbagai entitas berkerumun. Mereka berdiri di depan pintu masuk galeri seni Kedai Kebun Forum, Tirtodipuran, Kota Yogyakarta, Rabu (19/9/2023). Acara yang diinisiasi oleh SEAarta (South East Asia Artivist) Network ini dijadikan sebagai tempat merawat jaringan pertemanan yang tersebar di berbagai daerah.
“Kita menjemput momentum, Yogyakarta sebagai wilayah sentralisasi kesenian di Indonesia, kemudian menjadikan seni sebagai medium dalam menyuarakan isu perampasan ruang hidup dan krisis iklim yang tak kunjung berkesudahan,” ujar salah seorang yang menginisiasi acara ini.
Selaras dengan tajuk yang diserukan dalam gelaran acara ini, SEAarta memilih kata yang bersifat aktif, yang juga disampaikan oleh salah seorang solidaritas yang menginisiasi acara ini.
“Hal ini digunakan untuk mendorong orang, jadi kita bukan lagi sifatnya semacam reportase, bukan hanya menampilkan peristiwa-peristiwa dari berbagai daerah. Tapi kita ingin mendorong orang untuk terlibat, bergerak, untuk menyalakan apapun. Makanya kita memilih sifat kata atau kalimatnya yang aktif gitu, jadi nggak pasif,” terangnya.
Selama ini, acara yang diinisiasi oleh komunitas dengan latar belakang pengorganisir yang bergiat dalam kesenian ini juga menjadi bagian dari usaha membangun kampanye bersama warga-warga terdampak.
SEAarta Network menginterupsi galeri seni Kedai Kebun Forum menjadi seperti jalanan dengan suasana demonstrasi yang memenuhi jalan. Tidak hanya melalui poster yang dikoyak-koyak atau baliho-baliho yang tergantung, ada juga toa yang berfungsi mengaplikasikan instalasi sound dengan seruan perlawanan rakyat.
El, salah satu pengunjung pameran membagikan perasaannya, “Aku tambah ngerasa bahwa kita tuh nggak adem ayem aja gitu lho. Keluar pameran aku kayak ngerasa dipalak ‘ayo! mau ngapain lu?’. Dan juga kepala berasa mau pecah setelah dari audio masuk dan ditambah ngeliat visual-visualnya juga. Semua isu yang ada di galeri ini tuh kita jadi kayak dibawa, diseret ke sana, ke masing-masing tanahnya. Itu sih.”
Kolasoke, selaku solidaritas, mengatakan banyak individu maupun kelompok ikut urun poster untuk pameran dalam kegiatan ini, seperti dari Jogja, Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Jakarta, Malang, hingga Bali. Tidak hanya poster, ada juga karya lain seperti, lukisan, kolase, foto dan instalasi sound.
Selain pameran, dalam rangkaian ini juga ada galeri tor, lokakarya kolase bersama Kolasoke dan Onze Moderpoel. Juga ada diskusi bersama kelompok maupun individu perwakilan warga terdampak, seperti dari Wadas, Kuningan, Kulon Progo, Kendeng, Dieng dan Pulau Obi.
Lalu ada pemutaran film “Mata Air Mata” yang setelahnya disusul sesi diskusi. Kemudian pertunjukan musik yang berfokus pada persoalan sosial-ekologis di berbagai wilayah Indonesia dari Farida, Syifasativa, Punkrawit, Sampar, Skinny Crow, BUKTU, The Melting Minds, Kepal SPI, VWXYZ dan Whurry Up yang semakin memeriahkan rangkaian acara “NYALAKAN!” Indonesian Artivist Climate Fight oleh South East Asia Artivist Network.
Reporter: Widad Hafiyan Ustman
Editor: Ruhana Maysarotul Muwafaqoh