Menunggu Itu Berat, Protes pun Tak Berani: Tentang Dana KIP-K yang Selalu Datang Terlambat

2450
Ilustrasi: Alifia Maharani

“Dengan keterlambatan-keterlambatan itu, mengharuskan aku untuk mencari sumber uang lain selain KIP”  

lpmrhetor.com- Beberapa mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) UIN Sunan Kalijaga, terlihat begitu jengah dengan pencairan dana yang kerap terlambat. Tak jarang dari mereka menjadikan dana KIP-K sebagai tumpuan kuat untuk bertahan hidup. Karena itu, keterlambatan ini tentu menimbulkan kebingungan bagi mereka.

Hal tersebut tergambar lewat postingan di Instagram @curhatanuinsuka. Salah seorang penerima beasiswa KIP-K mengirimkan pesan anonim untuk mempertanyakan kapan beasiswa itu cair. Sebab, dari curhatannya ia terlihat sangat kekurangan uang.

“Pak/bu, uang beasiswa semester ini kapan cairnya ya? Kami anak kos-kosan kebingungan mau bayar bulanan dan lain-lain, apalagi ini sudah masuk bulan puasa. Orang tua juga gak bisa ngirim banyak, itupun cuman cukup untuk beli makan dan kebutuhan kecil,” 

“Kami sangat bergantung pada uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan kami, mohon kepastiannya. Terima kasih,” tulisnya.

Curhatan tersebut sejalan dengan apa yang dirasakan oleh Bagas (bukan nama sebenarnya). Ia merupakan salah satu penerima beasiswa KIP-K di tahun 2020. Tergolong sebagai mahasiswa semester akhir, Bagas menceritakan pengalamannya selama menjadi mahasiswa penerima KIP-K.

Rela Bekerja Sambil Kuliah 

Sejak awal berkuliah, Bagas sudah tidak mendapatkan biaya dari orang tuanya. Ibunya merupakan orang tua tunggal (single parent) yang sehari-hari bekerja sebagai penjual kue untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan kondisi finansial yang kurang memadai, ibunya mengaku bahwa sudah tidak mampu untuk terus membiayainya hingga kuliah. 

“Dari awal kuliah itu ibu sudah bilang bahwasanya sudah gak bisa ngasih lebih, ngasih uang jajan untuk hidup. Jadi bagaimana caranya untuk kita tetap bisa bertahanlah,” ucap Bagas saat diwawancarai pada tanggal (05/05/2023).

Dengan tekad yang kuat, ia bersikeras untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Beruntungnya, Bagas diterima di UIN Sunan Kalijaga dengan menggunakan beasiswa KIP-K. Hal tersebut membuat sedikit kekhawatiran Bagas dan ibunya berkurang. Paling tidak, uang dari beasiswa itu  dapat membantu biaya hidupnya di Yogyakarta.

Namun, dana itu tak bisa banyak diharap. Karena keterlambatan yang sering terjadi, menyebabkan banyak kebutuhan lain yang ikut merasakan dampaknya. Bagas terpaksa mencari pekerjaan lain agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. 

“Dari awal aku kuliah sampek semester enam itu selalu telat” ungkap Bagas.

“Aku pribadi gak bisa mengharapkan penuh terhadap KIP, jadinya aku harus mencari uang dengan cara lain, jangan cuman tunggu KIP,” lanjutnya. 

Dengan keterlambatan yang selalu terjadi, Bagas memutar otak bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan uang tambahan. Ia memilih bekerja sambil kuliah saat semester empat. Pengemudi ojek online menjadi pekerjaan pilihannya untuk menambah uang saku. Pekerjaan itu punya waktu kerja yang fleksibel, sehingga Bagas bisa melakukannya di luar jam kuliah.

“Lelah ya lelah, tapi bagaimana ya namanya hidup harus tetap dijalani,” ucapnya pasrah. 

Hal serupa juga dirasakan oleh Agus (bukan nama sebenarnya), mahasiswa penerima beasiswa KIP-K yang seangkatan dengan Bagas. Ia merupakan putra daerah yang berdomisili di Sleman. Untuk berkuliah, Agus harus menempuh jarak yang cukup jauh, hal tersebut lumayan menguras bahan bakar kendaraannya. 

Aslinya, Agus adalah siswa SMA/Sederajat yang lulus di tahun 2018. Hanya saja, kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan membuat Agus tidak langsung melanjutkan pendidikan. Dua tahun setelahnya barulah ia mendaftarkan diri di UIN Sunan Kalijaga.

“Niatan sudah nggak mau kuliah karena gak ada dana. Ternyata ada program namanya Bidikmisi dulu. Terus saya mau coba, cuman ya mikir lagi yaudah gap (menunda kuliah) saja sampai tahun 2020,” imbuhnya.

Pada tahun 2020 Agus dinyatakan diterima di UIN Sunan Kalijaga dengan Beasiswa KIP-K. Agus merasa beruntung ketika ia akhirnya bisa mencicipi bangku kuliah dengan bantuan beasiswa. 

Meski tidak perlu mengeluarkan biaya kos dan makan sehari-hari, Agus tetap harus bekerja sambilan untuk mencukupi beberapa kebutuhan lain seperti bahan bakar kendaraan, uang jajan dan keperluan kampus. Hal tersebut terpaksa ia lakukan sebab sudah tak lagi meminta jatah uang saku dari orang tuanya.

Segan bagi Agus bila masih meminta uang saku, apalagi ia memiliki seorang adik yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/Sederajat. Uang dari hasil pekerjaan ibunya, tak dapat mencukupi biaya keseluruhan kebutuhan ia dan adiknya. 

Sama seperti Bagas, Ibunya Agus juga merupakan orang tua tunggal yang bekerja di pasar sebagai penjual sayur dan gorengan. Jika ada waktu luang, Agus juga turut membantu ibunya berjualan. 

Tak selesai dengan hanya berjualan di pasar. Demi menambah penghasilan, ibunya Agus juga bekerja sebagai buruh setrika. Pekerjaan tambahan itu ibunya lakukan pada malam hari setelah berjualan pada pagi harinya. 

Mengetahui bahwa Beasiswa KIP-K ini kerap kali cair dengan terlambat, mengharuskan Agus memutar otak agar kebutuhan ia dan keluarga dapat terpenuhi. Agus menceritakan kepada kami, bagaimana uang tersebut sangat berdampak bagi perekonomian keluarganya. 

“Kan dibackup uangnya. Uang muter, jadi sekali uang itu molor, harus ada uang yang  dikorbanin [untuk menutupi kebutuhan]. Itu kan impact-nya kerasa banget,” jelasnya.

Merasa prihatin dengan diri sendiri ketika uang KIP-K tak kunjung cair, menyebabkan ia harus mengirit uang yang tersisa. Agus pernah makan hanya satu kali dalam sehari dan lebih mengirit bahan bakar kendaraan ketika keterlambatan ini terjadi. 

Dulu, Agus bekerja sampingan dengan menjadi pelayan di sebuah rumah makan. Ia harus bekerja sehabis kuliah dari sore hingga malam. Di kemudian hari, ia memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah makan tersebut, dan beralih pekerjaan menjadi Driver Shopee Food. 

Alasan Agus untuk berpindah pekerjaan menjadi driver Shopee Food ini karena waktu untuk bekerja yang fleksibel. Mengingat semakin hari, semakin banyak tugas yang ia dapatkan di kampus. Agus mengatakan lebih nyaman untuk bekerja sebagai driver karena tidak terikat oleh jam kerja. 

“Ini nggak satu kali dua kali doang. Dari saya awal dapet okelah jadi kayak masih awal nggak tahu durasi pencairan. Jadi kek ya udah terima jadi,” ungkap Agus.

Kami menanyakan kepada Bagas dan Agus terkait apakah dia pernah protes terhadap keterlambatan yang selalu terjadi ini? Bagas menjawab tidak pernah. Bagas yakin uang tersebut lambat laun pasti akan cair. Hanya saja ia harus rela menunggu. Apabila uang tersebut dipastikan tidak cair, barulah Bagas melakukan protes. 

Sementara Agus ingin sekali rasanya melakukan protes. Hanya saja hal tersebut adalah sesuatu yang membahayakan bagi mahasiswa penerima KIP-K. Agus bercerita kalau mahasiswa penerima KIP-K telah diperingati oleh Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Kerjasama untuk tidak aneh-aneh seperti demonstrasi. 

Ancaman yang diterima oleh mahasiswa KIP-K jika melanggar peringatan tersebut adalah beasiswanya akan dicabut. Merasa takut dengan ancaman itu, Agus memilih untuk mengikuti peraturan yang ada, meski harus menunggu seberapa telat uang tersebut cair.

Proses Pencairan Dana KIP-K

Terkait proses pencairan yang sering mengalami keterlambatan ini, kami menemui Sinta (bukan nama sebenarnya) yang sering terlibat dalam pengurusan berkas. Ia juga mahasiswa penerima Beasiswa KIP-K. Kepada kami, Sinta menceritakan alasan-alasan yang menjadi dugaan mengapa uang KIP-K ini tidak cair pada waktu yang seharusnya.

Proses pertama adalah pengumpulan berkas yang dilakukan oleh mahasiswa. Berkas-berkas yang diperlukan ialah seperti rekap nilai satu semester atau IPK, Kartu Hasil Studi (KHS) semester,  laporan prestasi, hingga laporan keuangan. 

Setelah pengumpulan berkas selesai, barulah dapat diketahui siapa saja mahasiswa yang dapat melanjutkan beasiswa dan siapa saja yang akan dicabut. Ketika ada mahasiswa yang beasiswanya dicabut, maka akan dibuatkan surat pencabutan, dan pihak kampus harus mencari mahasiswa pengganti yang akan mendapatkan Beasiswa KIP-K tersebut. 

Setelah menemukan mahasiswa pengganti, kampus mengeluarkan surat keterangan pengganti. Setelah itu, berlanjut kepada surat keterangan penetapan penerima KIP-K. Surat tersebut adalah bentuk final dari nama-nama para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa KIP-K pada semester itu.

Untuk proses turunnya uang, pihak kampus membuat surat permohonan pengecekan rekening aktif yang ditujukan kepada pihak bank. Setelah dari pihak bank memberikan balasan, mekanisme pencairan dilanjutkan dengan pengajuan pencairan dana ke KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara). 

Mendapatkan balasan dari pihak KPPN, maka dibuatlah surat penyaluran atau surat pencairan dana yang di mana membutuhkan tanda tangan dari Rektor UIN Sunan Kalijaga. Tak selesai sampai di sana, setelah selesai ditandatangani oleh rektor, masih beralih kepada bagian keuangan hingga sampai kepada rekening masing-masing mahasiswa. 

“Terus abis itu kalau sudah ada SK penyaluran baru itu nanti kebagian keuangan, nanti keuangan yang ngurus,” ujar Sinta. 

Telat Cair Itu Sudah Jadi Poker!

“Tapi yang namanya KIP telat di UIN itu sudah jadi Proker [Program Kerja], sudah biasa,” ungkap Sinta. 

Mekanisme pencairan uang KIP-K ini pada awalnya serentak turun bersamaan di semua angkatan. Akan tetapi, pada beberapa waktu yang lalu, fakultasnya Sinta memiliki masalah teknis yang menyebabkan satu angkatan terpaksa menunggu waktu yang lebih lama agar uang tersebut cair. 

Masalah itu diduga disebabkan oleh terblokirnya salah satu rekening mahasiswa menjelang jadwal pencairan dana KIP-K. Hal itu menyebabkan dampak yang begitu besar terhadap satu fakultas. Sehingga mengharuskan seluruh mahasiswa penerima KIP-K yang ada di fakultas itu turut menunggu proses penggantian rekening mahasiswa yang terblokir.

Proses pergantian rekening pastinya akan membutuhkan waktu yang lama. Hingga akhirnya proses penurunan dana KIP-K ini diubah berdasarkan fakultas masing-masing. Sehingga semisal ada permasalahan yang sama terulang kembali suatu saat, tidak akan merambat kepada fakultas lainnya. 

“Anak-anak [penerima KIP-K] itu biasanya karena rekening mereka sering tiba-tiba keblokir atau kenapalah. Dan mereka laporan rekeningnya ganti itu kayak mepet-mepet pas mau pencairan,” ungkap Sinta.

Sinta mengungkapkan alasan lain yang sering dialami di angkatannya, hingga akhirnya keterlambatan ini bisa terjadi. Salah satunya disebabkan pihak Wakil Dekan (WD) III bidang Kemahasiswaan yang kurang responsif dalam menanggapi permasalahan mahasiswa pengganti dari mahasiswa yang beasiswanya dicabut. 

Sinta menjelaskan bahwasanya di setiap semester pasti ada mahasiswa yang beasiswanya dicabut karena tidak memenuhi persyaratan untuk dapat meneruskan beasiswa ini. bisa jadi karena Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tidak mencapai target atau melanggar peraturan tertentu. 

Di saat ada mahasiswa yang beasiswanya dicabut, maka harus ada mahasiswa yang menggantikan. Pada tahap penggantian mahasiswa yang dicabut ini, melibatkan WD III dalam menentukan siapa mahasiswa yang pantas untuk menerima beasiswa KIP-K. 

Akan tetapi, beberapa WD III kurang responsif terhadap mahasiswa pengganti. Sehingga butuh waktu lebih lama lagi untuk lanjut ke tahap pencairan. Sinta mengatakan bahwa tidak semua WD III bersikap demikian.

“Ada beberapa fakultas yang gak segera memberikan. Cuman kebanyakan fakultas memang kayak (oh yaudah langsung serahin) tapi ada juga yang lama,” tambah Sinta. 

Dugaan penyebab selanjutnya adalah lamanya balasan dari bank terkait permohonan pengecekan rekening aktif para mahasiswa. Dalam tahapan ini sudah berada di luar kendali para pengurus KIP-K, karena semuanya menjadi otoritas bank tersebut.

Pada saat pengumpulan berkas juga ada beberapa mahasiswa yang tidak mengumpulkan berkas secara tepat waktu. Meskipun dari pihak pengurus sudah memberikan deadline kapan terakhir pengumpulan berkas. Tetap saja masih ada mahasiswa yang lewat dari tenggat waktu yang diberikan. 

Beberapa mahasiswa beralasan karena nilai IPK yang tak kunjung diberikan oleh dosen pasca penilaian semester. 

Namun, Taufiq Agung Pambudi selaku Ketua Persatuan Mahasiswa Bidikmisi & KIPK (Permadani) mengatakan bahwa tidak ada keterlambatan dalam pencairan. Pendapatnya itu berdasarkan pencairan di tahun ini yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

“Nggak ada keterlambatan itu, justru malah ada kemajuan” ujarnya

Tahapan dan Tanggal Cairnya

Dilansir dari Tirto.id, tahapan pertama dimulai dari kampus mengirimkan Surat Keputusan (SK) terkait daftar calon penerima beasiswa KIP-K. Surat tersebut disertai data pendukung seperti pelaporan IPK dan rekening. Cepat atau lambatnya proses pencairan tergantung mekanisme internal di setiap kampus.

Kemudian PLPP (Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan) Kemendikbud melakukan proses Pengajuan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) dan penerbitan SPM (Surat Perintah Membayar) dalam jangka waktu sekitar 1-2 minggu jika data pada tahap pertama sudah lengkap.

Lalu, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) maksimal satu hari kerja dan transfer ke rekening penampungan satuan kerja PLPP Kemdikbud atas Izin Kementerian Keuangan. 

Berikutnya adalah tugas dari PLPP Kemdikbud untuk memerintahkan Bank Penyalur  melakukan proses transfer yang biasanya membutuhkan waktu 1-2 hari kerja. Pada tahapan ketika KPPN menerbitkan surat perintah pencairan dana hingga kepada mekanisme internal Bank Mandiri membutuhkan waktu maksimal selama 30 hari.  

Pemerintah mengatakan, bahwa selambat-lambatnya pencairan KIP-K memerlukan waktu maksimal satu bulan dalam proses pengerjaannya. Hal itu merupakan pengumuman resmi yang dijadikan acuan bagi banyak orang untuk menentukan cairnya dana KIP-K. 

Pernyataan  tersebut dikutip dari laman ayosemarang.com. Di sana menyebutkan bahwa, meskipun mekanisme dari pemerintah sudah dapat diketahui tahapan-tahapan dan waktu pelaksanaannya, semua tetap kembali kepada pembuatan dan pengiriman SK (Surat Keterangan) oleh masing-masing kampus. Hal tersebut juga bergantung kepada kecepatan dari pengumpulan berkas-berkas administrasi setiap Universitas.  

Disebutkan bahwa pemerintah sudah membuka jadwal untuk penerimaan SK sejak awal Februari lalu, jika proses yang dilalui memakan waktu satu bulan lamanya, maka seharusnya KIP-K cair pada awal Maret 2023. 

Di laman tersebut juga memberikan tanggal yang pasti kapan uang beasiswa KIP-K seharusnya turun, yaitu normalnya pada tanggal 16 Maret 2023. Karena lumrah waktu yang dibutuhkan oleh kampus adalah dua minggu untuk mengirimkan surat keterangan. Sedangkan uang KIP-K di UIN Sunan Kalijaga baru cair pada tanggal 4 April 2023 untuk angkatan 2022, dan tanggal 6 April bagi angkatan 2020.

Dilempar ke Pimpinan. 

Untuk mendapatkan penjelasan terkait keterlambatan KIP-K ini, Rhetor menghubungi Mukhbarotul Haqqoniyaty atau yang kerap disapa Bu Yati, selaku staf yang pernah sempat mengurus perihal KIP-K. Akan tetapi, beliau menolak untuk diwawancarai dengan alasan sudah tidak mengurus soal KIP-K lagi. Saat ini ia telah dipindah tugaskan menjadi pengurus keuangan di pascasarjana. 

Tak sampai di situ, pihak LPM Rhetor juga menghubungi staf kemahasiswaan di rektorat, yaitu Siti Fatimah. Lagi-lagi beliau menolak dengan dalih hanya pimpinan yang berhak untuk menyampaikan informasi. 

Hingga akhirnya kami mencoba untuk menghubungi pimpinan yang disebut-sebut tadi, yaitu Abdur Rozaki selaku Wakil Rektor III bagian Kemahasiswaan dan Kerjasama. Setelah mencoba beberapa kali mengirimkan pesan WhatsApp kepada Rozaki, kami tetap tidak mendapatkan jawaban sama sekali hingga tulisan ini diterbitkan. 

Hingga pada akhirnya, pihak kemahasiswaan yang dapat kami wawancarai hanya Pajar Hatma Indra Jaya atau yang sering disapa Pak Pajar, Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dari tanggapannya, Pak Fajar mengaku bahwa tidak mengetahui banyak tentang mekanisme Beasiswa KIP-K ini. Ia hanya menyarankan kami untuk langsung bertanya ke bagian kemahasiswaan universitas

“Nah kalau kemudian turunnya saya nggak mengelola uang itu. yang nganu [mengurus] di kemahasiswaan. Bisa ketemu Pak Boy, di Bidang Kemahasiswaan di PAU [Pusat Administrasi Universitas],” ujarnya

Pak Pajar menjelaskan bahwa tugasnya sebagai Wakil Dekan III adalah untuk memantau dan juga menyeleksi calon mahasiswa yang berhak mendapatkan beasiswa KIP-K. Ia terjun langsung saat proses seleksi wawancara. 

Kami mengikuti saran tersebut dengan langsung menghubungi Boy Fendria Djatnika atau yang kerap disapa Pak Boy, selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Biro AAKK melalui WhatsApp.  Beberapa hari kemudian Pak Boy memberikan tanggapan lewat panggilan telepon.

Dalam perbincangan selama sekitar empat menit, Pak Boy mengatakan bahwa ia tidak bisa memberikan keterangan karena takut disalahkan oleh pimpinan. 

“Takut disalahin pimpinan,” ujarnya di seberang telepon. 

Harapan yang dinanti

Dari semua mahasiswa yang telah diwawancarai, mereka semua memiliki harapan yang sama terkait keberlangsungan KIP-K ke depannya. Yaitu berharap agar pencairan dana KIP-K dapat turun dengan tepat waktu. 

“Ya harapannya kalau memang pencairannya itu bisa dipercepat ataupun nggak bisa dipermolor ya, segera diurusin lah. Misal  kayak kesalahan-kesalahan yang selama ini aku tahu kan, karena ini kan ibaratnya kayak data-data yang belum lengkap. Nah itukan bisa diatasi sebelum waktu pencairan,” harap Bagas.

Tak jauh berbeda dengan Bagas, Agus juga mengatakan bahwa setiap mahasiswa penerima beasiswa ini pasti mengharapkan dana tersebut untuk dapat segera cair. Bukan maksudnya untuk meminta-minta, akan tetapi, uang tersebut adalah hak dari setiap mahasiswa yang diterima beasiswa itu.

“Karena pertama itu hak kita dan ibaratnya itu tanggung jawab kampus. Mereka punya tanggung jawab mencairkan sesuai timeline-nya dari pemerintah. Jadi kalau mundur, harusnya ada alasan yang jelas,” ujar Agus.

Merasa digantung harapan oleh bagian kemahasiswaan juga turut membuat Sinta sudah terbiasa dengan semua keterlambatan yang terjadi 

“Sedangkan dari pihak kemahasiswaannya juga gak memberikan informasi pasti. Tapi memang sudah jadi Proker banget telat itu,” ungkap Sinta.

Sinta pun mengharapkan hal yang sama dengan mereka. Ia mengharapkan kejelasan dari pihak kemahasiswaan terkait faktor-faktor sebenarnya dari keterlambatan ini, sambil mengharap agar uang yang selalu dinanti-nantikan ini dapat turun dengan waktu yang lebih singkat.

“Yang penting sih nggak telat-telat sih, soalnya kalau telat-telat itu kek ya Allah,” pungkasnya kesal. []

Reporter : Olivia Subandi

Editor : Muhammad Rizki Yusrial

You may also like

Regent; Teater Guriang Menanggapi Keresahan Museum Antikolonialisme Multatuli

lpmrhetor.com – Dalam menanggapi keresahan Museum Multatuli sebagai