AKU INI APA?
2019
Berkenankah dirimu mendengarkan pertanyaanku?
Sebenarnya kamu anggap aku ini apa?
Apakah seperti halnya kupu-kupu
Yang melintas dan hinggap di lentik jarimu
Lantas melukiskan pelangi di sudut senyummu?
Namun, saat setelah pergi kupu-kupu itu,
Apakah pun pelangi itu akan sirna?
Atau, dirimu seperti merak yang bangga dengan keelokan rupa
Lalu mencampakkan si gagak yang diam-diam mengagumi
Merak dari ketinggian?
Atau seperti mahkota langit yang menjulang dan bertakhtakan
Mentari purnama serta semesta yang sinarnya gemerlap bak mutiara?
Yang berdiri angkuh di hadapan bumi juga keberadaannya
dimanfaatkan makhluk lain pun merugikan dirinya sendiri
hanya bisa menengadah dan menatap ke atas sembari berujar
untuk segera diturunkan hujan untuknya?
Entahlah, aku pun tak tahu diriku ini apa
Dan engkau datang dari mana
–
AYAT ABU-ABU
2019
Langit kelabu
Bercengkrama serasi pada cakrawala itu
Awan menuturkan kerinduan yang sangat kejam
Dibawa oleh hembusan angin
Derap langkah masih berjalan
Menapaki jejak kerinduan yang engkau hempaskan
Pagiku menuju barat
Petangmu menuju timur
Melintasi bekas janji-janjimu yang kau ikat
Entah apa yang kurasa
Mengapa jiwa ini terus bicara
Tentang sepotong harapan yang kau sampaikan
Tahukah….
Ego ini terus menuntut agar dirimu “bertanggung
jawab” akan perasaan yang berkecamuk di dada
Tetapi nurani selalu berkata, “tunggulah mungkin belum
saatnya”
Impian beriringan dengan harapan sunyi
Mereka berkata:
“bersabarlah, dia mungkin sedang menyiapkan diri”
Dan untuk menjemputmu kekasihku
Akan aku persiapkan jasad ini
–
AKU ADALAH
2019
Siapa kamu?
Tanyamu padaku
Kujawab, aku adalah kamu dan kamu adalah aku
Kamu adalah kamu dan aku adalah aku
Menciptakan detik nyanyikan sulamannya
Seperti pekarangan bunga sakura
Aku adalah abadi yang berkesudahan adalah waktu
Waktu tak bisa menghentikan pengembaraanku
Lemah gontai tak bersisa membendungku seorang diri
Karena aku yang abadi
–
SATU HARI NANTI
2019
Suatu hari, lembah bertanya pada burung pelatuk
“Apakah kamu mencintai pohon? ”
“Iya, aku mencintainya ” jawab si burung
“Apakah kamu akan selalu bersamanya?”
“ Hmm, sepertinya iya ”
“Aku beritahu, mencintai itu menciptakan sengsara. Cinta itu pembodohan, bajingan, penipu ulung, Cuma angan-angan belaka, merugikan, mengecewakan dan sumber penyakit”
“Aku tanya sekali lagi, apakah kamu tetap mencintainya? ”
Dengan mantap si burung mengangguk lalu menjawab:
“Iya, sampai mati akan selalu aku cintai ”
“ Hahaha, selamat kau telah menemukan cinta sejati, ” lembah terkekeh
–
SENDIRI, SUNYI DAN KEPEDIHAN
2019
Menurutmu, saat dirimu sangat merasa sendiri
Tenggelam dalam luas samudera sunyi
Jauh terjatuh dalam permukaan palung yang paling sepi
Tak ada tangan yang mengulur butir bantuan padamu
Tak ada mulut yang berkata menyemangatimu
Tak ada mata yang melihat pedih deritamu
Maka, kemarilah dan duduk di sampingku
Curahkan semua pilumu
Aku siap menjadi bara yang menghangatkanmu
Aku sedia menjadi tangan yang mengusap air matamu
Aku akan menjadi mulut yang senantiasa mendoakanmu
Aku pastikan menjadi mata yang membuka cakrawala
Izinkan aku mengompres luka di hati kecilmu
Dan peluk erat hayat ini
Lalu rasakan, disana ada hati yang setia menopang hadirmu
Namun, jika dirimu sudah tak membutuhkanku
Tak apa, itu hakmu
Tapi ingatlah selalu,
Apabila kau butuh aku
Aku akan selalu ada untukmu
Bunga hatiku
Syarif, lahir di rahim Majalengka dan di usia remaja terkontaminasi udara suci kota Bekasi. Kecilnya sering nangisin anak orang tapi kini sering nangisin keadaan ekonomi dan kondisi negeri