91 Tahun Sumpah Pemuda: Pemuda Bisa Apa?

899
Sumber: Pemuda_ilustrrasi
Indonesia kaya raya, tak hanya tentang sumber daya alam, tetapi juga dengan segala problematikanya. Masalah politik, hukum, dan sosial kemasyarakatan adalah satu sisi, sementara di sisi lainnya persoalan yang kita hadapi juga semakin banyak jenisnya. Di sektor ekonomi misalnya, rasanya berita tentang kenaikan BBM, upah buruh, dan lain sebagainya sudah menjadi tontonan yang tidak pernah putus di stasiun televisi Indonesia, sambung-menyambung dari satu kasus ke kasus yang lainnya, maka kedepannya persoalan di negeri ini akan semakin kompleks. Terutama karena tak banyak rakyat terkhusus pemuda yang sadar akan pentingnya perbaikan dan perubahan.

Kehidupan tidak berjalan statis, begitu pula perjuangan. Dari dulu perjuangan rakyat Indonesia memiliki warna yang berbeda-beda, tergantung zaman dan masalah seperti apa yang sedang ia hadapi di depan mata. Dan dalam setiap keadaan itu, pemuda menempati posisi yang sangat penting dalam sejarah perjuangan.

Pemuda sebagai tonggak penegak dan generasi penerus bangsa memegang peranan yang sangat urgent dalam menciptakan suatu perubahan. Tidak sepantasnya pemuda diam saat melihat Indonesia dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Dalam buku-buku sejarah misalnya. Pada setiap peristiwa perjuangan rakyat Indonesia tidak pernah luput dari peran pemuda. Salah satu bukti terbesarnya adalah pada peristiwa Sumpah Pemuda, yang benar-benar dalam pelaksanaannya dipelopori oleh para pemuda di berbagai wilayah Indonesia.  Suatu peristiwa penting dalam sejarah yang menggambarkan bertapa besarnya pengaruh para pemuda untuk perubahan bangsa yang lebih baik.

Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah pemuda tidak semerta-merta terjadi begitu saja. Ada proses panjang yang melatar belakangi hal itu. Terciptanya sumpah pemuda juga tidak terlepas dari kerja keras para pemuda Indonesia yang terus bermimpi untuk hidup dalam satu kebinekaan di negeri yang pluralisme ini.

Peristiwa sumpah pemuda berawal dari inisiatif para pelajar Indonesia, yaitu PPPI (perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia) serta para cendikiawan yang memiliki tujuan sama: menyatukan seluruh organisasi pemuda Indonesia.

Dalam prosesnya, mereka akhirnya melakukan pertemuan-pertemuan. Pertemuan pertama pada tahun 1926, pertemuan kedua pada Mei 1928, hingga pertemuan terakhir yang dihadiri oleh seluruh barisan organisasi pemuda Indonesia pada tanggal 12 Agutus 1928. Di mana, pertemuan tersebut menghasilkan sebuah keputusan bahwasanya akan dilaksanakannya kongres pada bulan Oktober mendatang dengan susunan panitia yang diambil dari setiap organisasi pemuda yang ada.

Setiap organisasi memiliki masing-masing satu jabatan. Selain organisasi PPPI, banyak organisasi pemuda yang ikut terlibat diantaranya yaitu Jong Java, Jong Celebes, Jong Soematranen Bond, serta organisasi lainnya.

Kongres pemuda yang dilaksanakan dua hari berturut-turut, yakni tanggal 27 hingga 28 oktober 1928 merupakan tonggak awal perjuangan pemuda Indonesia. Lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman pun berkumandang di penutupan kongres. Meskipun hanya instrumen biola saja yang dimainkan, tetapi hal itu dapat memantik rasa juang pemuda.

Pada kongres itulah dihasilkan rumusan sumpah pemuda, yang mana, teksnya ditulis oleh Moehammad Yamin serta ditanda tangani oleh Soegondo Djojopuspito, selaku ketua kongres pemuda saat itu.

Kongres sumpah pemuda menghasilkan rumusan yang menjadi pemersatu pemuda-pemuda di seluruh Indonesia. Hingga detik ini rumusan tersebut masih sering dikumandangkan ketika peringatan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober tiap tahunnya. Namun, istilah “Sumpah Pemuda” ini ternyata tidak muncul dalam putusan kongres tersebut melainkan disematkan setelahnya.

Berikut isi keputusan kongres sebagaimana yang tercantum pada prasasti di di dinding Museum Sumpah Pemuda yang ditulis dalam ejaan Van Ophuysen:

SOEMPAH PEMUDA

Pertama               : kami Poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah dara jang satoe, tanah Indonesia.

Kadoea                 : kami Poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga                   : kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

91 Tahun Sumpah Pemuda

Sudah menginjak 91 tahun usia Sumpah Pemuda, dan tidak sedikit diantaranya berlansung sekedar momentuman belaka. Kebanyakan pemuda menyambutnya dengan berdiri tegak menyuarakan kembali tiga poin sumpah pemuda dengan begitu ekspresif, membacakan tuntutan demi perbaikan Bangsa, berkoar, mengkritik, namun di hari-hari berikutnya tidak ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya. Indonesia masih jauh dari kata “baik-baik saja”.

Ini terkadang menjadi suatu hal yang luput dalam kegiatan “introspeksi” kita. Memandang jauh ke depan, tetapi lupa bahwa ada lubang di belakang yang mesti ditambal lebih dulu. Perjuangan tidak sesederhana itu. Tidak hanya sekedar mengingat, mendiskusikan, menolak dengan lantang tindakan semena-mena penguasa, akan tetapi  butuh tindakan secara kontinu yang nyata sebagai wujud dari perbaikan yang sebenarnya.

Lantas Pemuda Bisa Apa ?

Tentu banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemuda saat ini. Namun, sejatinya pertanyaan tersebut juga hanya bisa dijawab oleh diri pemuda masing-masing, sebagai anak Bangsa, juga sebagai pemuda penggerak perjuangan. Sudah sejauh mana perjuanganmu? Sudah sejauhmana pengaplikasian semangat sumpah pemuda dalam kehidupan sehari-hari?

Sudah bukan waktunya pemuda hanya menjadi penonton atau menyuarakan aspirasi dengan begitu semangat, namun tindakannya masih pasif. Suara tanpa tindakan akan menguap, begitu juga tindakan tanpa kontinuitas.

Teringat akan perkataan tokoh yang dikenal dengan “founding father”-nya Indonesia. Ir Soekarno, lewat pidatonya pada peringatan hari pahlawan 10 November 1961 lalu, bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”.

Adapun cara untuk menghormati jasa pahlawan, adalah meneruskan perjuangan dan semangatnya demi perbaikan Bangsa kedepan. Betapa besar harapan Bangsa Indonesia yang disandarkan pada pundak pemudanya, sebagai generasi emas yang dapat berpikir sekaligus bertindak, juga sebagai penyambung lidah rakyat kepada pemerintah.

Kutipan dari Franklin D. Roosevelt “… Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tetapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan.” []

 

 

Naspadina, Jurnalis LPM Rhetor dan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

You may also like

Hari Tani Nasional; GNP Kritik Kebijakan Agraria

lpmrhetor.com – “Sampai saat ini negara tidak menyelesaikan