IBU; ABADI DALAM MEMORI
Masih nampak jelas kerut pipimu pagi itu
Didalamnya mengabur berbagai peristiwa:
Carut marut kehidupan, air mata bahagia, guratan murka, hingga suka cita malam pertama.
Kasih, kasihku, kita melebur bersama dalam komedi putar waktu
Saat-saat kembali kuingat
Peluk kasihmu sekejap
Pernah suatu kali kau larang aku:
Jangan main panas-panas!
Lalu aku kembali terhisap masa dimana aku
Masih ada dalam rengkuhmu,
Tenang dikungkung buaimu
Kasih, kasihku, senyummu membayang
Dan menari-nari dalam benakku
Kala kau belai aku karena terjatuh, dulu.
Tangerang. 2020
BIRAHI PEMUDA
Wahai pemuda! Kembalilah tengok ke belakang,
Jangan melulu kau perhatikan di muka,
Ada ampas impian yang perlu kau reguk
dan kau telan
Sampai kedasar jantung
Bilamana kau berani ‘tuk bersitegang,
Pada ayahmu, juga ibumu,
Jangan sekali-kali!
Nafsu birahimu memang menggelegak,
Tapi, oi, pemuda
Sekali lagi tengoklah ke belakang,
Lihat apa yang sudah lampau,
Banyak penyesalan
Datang ke pengadilan
Datang menuntutmu
Tangerang. 2021
SAJAK TANYA
Pada malam yang menggigit
Segelas kopi masih penuh,
Kopi itu bertanya, ia heran
Melihat gurat wajahmu yang
porak poranda.
Rindu yang tersisa dilangit-langit
Kenangan yang bertamu di pintu
Hingga izrail yang rasa-rasanya ikut dalam jamuan.
Kau masih saja bergumul dalam tanya
Bukan salahmu bila ini terjadi
Awan tak pernah tahu
Kapan ia menjadi hujan,
Terus turun
Ke lautan
Api tak pernah tahu,
Kapan ia padam
Membumbung tinggi
Asapnya ke pangkuan awan.
Kau masih saja risau,
Sedang kopimu masih setengah.
Apa yang salah?
Berhenti bertanya, Bung,
Karena perpisahan dan pertemuan memang biadab seumpama nomor lotere
Tangerang. 2021
Clarissa, mahasiswi Prodi Manajemen Keuangan Syariah, UIN Sunan Kalijaga. Ia mengaku bercita-cita untuk tidak menikah. Pecinta seni dan sastra. Masih mencari jati diri dan belajar menggambar.