lpmrhetor.com- “Alasan [biaya] UKT meningkat, dikarenakan dana APBN dari pemerintah untuk pendidikan semakin menurun.” Hal tersebut disampaikan oleh Rafli, perwakilan dari Aliansi Pendidikan Gratis (APATIS), pada sesi Talkshow di acara “Mimbar Mahasiswa” di depan Politeknik UIN Sunan Kalijaga, Rabu (08/05/2024).
Acara “Mimbar Mahasiswa” adalah hasil inisiasi dari Keluarga Besar Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (KBMU) yang diwakili oleh Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U), Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U), Lembaga Pers Mahasiswa Rhetor (LPM Rhetor) dan Lembaga Pers Mahasiswa Arena (LPM Arena) dan Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD).
Acara ini digelar untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan yang turut memeriahkan acara ini, seperti: Stand up comedy, monolog, orasi, talk show, dan pertunjukan musik. Semua kegiatan tersebut menyoroti kondisi pendidikan di Indonesia yang semakin mendekati pasar, sehingga menyebabkan biaya pendidikan meningkat dari tahun ke tahun.
Padahal, menurut Rafli, pengetahuan merupakan bagian dari pendididkan yang takkan habis jika dibagi-bagi, justru dapat bertambah.
“Mengapa pendidikan tidak gratis? Padahal pengetahuan bisa didapatkan secara gratis. Jawaban yang hadir ternyata kampus memerlukan fasilitas,” tuturnya.
Menurut Aulia, eks Sekretaris Jenderal Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD), pendidikan ibarat barang dagangan semata. Tidak ada upaya mendidik para mahasiswa agar menjadi kritis terhadap lingkungan di sekitarnya.
“Ya, hari ini pendidikan itu udah digadaikan dengan liberalisme pendidikan. Karena melihat sistem, sistem pendidikan ideal itu ada indikatornya, seperti kurikulum, kualitas pengajar sama sarana prasarananya. Apakah kawan-kawan itu merasa udah cukup di ketiga indikator itu?”
Kondisi Pendidikan di UIN Sunan Kalijaga
Rafli memaparkan data kenaikan UKT di UIN Sunan Kalijaga dalam rentang tahun 2015-2022. Dari data itu menunjukkan bahwa biaya UKT di UIN Suka mengalami kenaikkan sebesar 14%. Salah satu faktor kenaikan itu, menurut paparan Rafli, adalah kebutuhan kampus sendiri setiap tahunnya dikatakan meningkat.
Kampus mendapatkan dana dari APBN, UKT, dana hibah, dan dana lainnya (menyewakan gedung Multi Purpose dan lapangan futsal). Pemasukkan yang didapat UIN Suka pada 2015 melalui perhitungan sederhana mencapai Rp311 miliar, sedangkan pada tahun 2022 mencapai Rp390 miliar dari pembagian pendapatan tersebut.
Rafli menjelaskan beban tanggungan kampus setiap tahunnya meningkat, tapi angka APBN berkurang setiap tahunnya. Pada tahun 2015, besaran APBN yang masuk ke UIN itu 76%. Sedangkan di tahun 2022, hanya 54 persen. 20% APBN yang masuk ke kampus menghilang.
Tanggungan kampus juga semakin meningkat sebab biaya operasional seperti belanja beban dan jasa untuk kebutuhan akreditasi, selain itu perjalanan dinas dari tahun ke tahun yang naik 19%.
Penyebab dana APBN yang disalurkan untuk kebutuhan pendidikan berkurang, menurut Rafli, karena negara lepas tangan ketika mengurus sektor pendidikan. Jalan terakhir yang ditempuh kampus adalah mengambil dana dari UKT untuk memenuhi kebutuhan kampus.
“Ketika UKT naik, pendapatan naik,reputasi juga naik. Semakin tinggi reputasi, terjadi yang namanya akumulasi kapital. Ada supply and demand. Naiknya harga, biaya kuliah naik, pendapatan naik, anggaran semakin banyak, pembangunan semakin lancar, ranking naik, reputasi naik, duit naik terus. Itu yang namanya UKT” pungkas Rafli.[]
Reporter: Melani Lailansyah
Editor: Hifzha Aulia Azka