Kamu di kemilau debu

1034

M
ata ini selalu tertuju pada sosok tampan itu. Wajahnya yang tegas,berwibawa membuat setiap mata wanita mengikuti kemanapun sosok itu melangkah.Ya,mengagumimu adalah hal terindah yang kurasa saat ini. Walau dari kejauhan hanya mampu kulakukan. Kamu adalah sosok terindah di mataku yang selalu mengenyahkan imajiku. Rani,ayo beranikan dirimu mendekatinya. Ucapku dalam hati,namun kaki ini berat tuk melangkah mendekatinya. Nampaknya aku masih malu tuk sekedar menyapanya,bahkan namanya pun aku tak tau.
Hari senin adalah hari yang melelahkan di sekolah,selain pagi hari harus mengikuti upacara bendera dilanjutkan dengan olah raga yang sangat menguras energi,ditambah dengan mata pelajaran yang membuat kepala berputar. Wajah kusut terlihat disetiap siswa yang keluar kelas,tak terkecuali aku yang melangkah menuju pinti gerbang yang sudah terbuka. Sedikit lega kurasa saat hari ini telah selesai, berharap akan segera sampai di ruma siang ini. Namun geram kurasa setelah tiga puluh menit kumenunggu tak datang juga mamaku.
“hai dik,kok belum pulang?” seorang lelaki menyapaku.
“haa…..wajah itu..” ucapku dalam hati.
“hai dik,kok bengong?”
“ah,eh enggak kok kak.iya ni belum dijemput sama mama.”
“emang rumahnya mana?”
“gang sakura kak.” Jawabku
“oh,ayok aku anter aja. Kasian kamu,sebentar lagi hujan ni.”
“beneran kak?”
“iya, buruan gih.”
            Dengan segera aku mengindahkan tawaran itu. Mati gaya yang kurasa, bingung mau memulai percakapan darimana. Sampai pada akhirnya pertanyaan ringan tertuju padaku.
“namanya siapa dik, kelas satu kan?”
“rani kak, iya kak.”
“kakak sendiri namanya siapa? Kelas tiga ini kan?” aku balik bertanya
“rasyid dik, iya aku kelas tiga sastra dua.”
Hatiku sedikit senang mendengar jawaban itu. Setidaknya aku sudah mengetahui siapa sosok yang kukagumi itu.
Sepeda motor itu berhenti di depan rumahku dengan gasik. Segera aku turun dari motor itu.
“terimakasih ya kak, mampir dulu kak.” Aku mencoba menawarkan kepada kak rasyid
“oh,sama-sama dik.aku buru-buru ni, besok-besok aja aku main kesini.”
“o.iya kak.”
Kapan-kapan main kesini????? Itulah jawaban yang selalu terngiang di telingaku. Besar  harapan hati ini bisa melihat wajah itu lagi di depanku. Penantianku terjawab juga saat malam minggu pukul tujuh tepat. Kak rasyid datang juga ke rumahku setelah mengirim pesan singkat lewat ponsel.
“tok tok tok …..” terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“ya tunggu sebentar” jawabku dengan segera.
“silahkan masuk,sapaku kepada kak rasyid.”
“oh,ya.terima kasih dik”
Berdua duduk berhadapan di ruang tamu sembari diselingi makanan kecil dan teh hangat. Obrolan ringan pun terlontar untuk mencairkan suasana. Aku semakin terpikat dengan paras tampan kak rasyid,wajah yang penuh wibawa,tenang,sholeh,dan santun.
“dik,kapan-kapan main yuk?” ajak kak rasyid tiba-tiba.
“ha… main kak??ya tanya mama dulu aja deh.”
“ih..masih anak mama ya??”
“hahahaha..bukannya anak mama,Cuma mama khawatir aja ama aku kak.”
“oh..kirain.”
Obrolan kita di ruang tamu ini lumayan lama,hampir semua hal terbahas sudah.dari masalah di sekolah sampai di luar sekolah.
“dik aku pamit dulu ya,gak enak nih dah malem lagian semua udah dibicarain.hahaha.”
“oh.iya kak ku panggilin kakak dulu ya.”
“tante,saya mau pamit dulu.”
“oh,ya nak rasyid hati-hati.”
Suara motor kak rasyid pun terdengar meninggalkan rumahku,dan aku masuk ke rumah. Senang betul rasanya aku dapat berkenalan dengan sosok wajahh yang selama ini aku kagumi.
“mungkinkah aku mampu mengenali kak rasyid lebih jauh?” gumamku dalam hati
Lamunanku tertuju hanya pada sosok kak rasyid yang baru saja meninggalkan rumahku, imajiku jauh terbang bersama lamunanku yang semakin tak jelas kemana hingga membawakuu terlelap menuju mimpi.
Hari ini memulai lagi dengan aktifitas ke sekolah. Dengan langkah penuh semangat aku menuju ke sekolah berseragm lengkap dengan sepatunya. Meskipun hari ini akan adda seabrek ulangan harian,namun aku enjoy aja. Ya,semua itu tak lepas darii kedatangan kak rasyid ke rumah dalam beberapa hari ini. Senyuman manis layaknya anak SMA pun  tak pernah hilang dari bibirku.
“woey,ran kenapa kamu riang banget hari ini?” sontak lala menepukku dari samping
“ah,lala. Ngagetin aja.”
“habisnya kamu nyengar-nyengir mulu sih.ada apa emang?”
“hehe.. tau g la. Tempo hari aku pulang bareng ama kak rasyid,terus habis itu dia main ke rumah.”
“what??? Gak salah denger nia ku?”
“ya g lah.”
“eh,tapi kamu harus hati-hati lho ran dengan kak rasyid,dia kan emang sering gitu. Sok gitu kalau ama cewek. Apalagi ama adik kelas,sering banget dia cari perhatian. Padahal udah punya cewek juga lho.”
“hah..??? yang bener lo la,jangan bohong deh. Bilang aja lu iri ama gue kan.”
“aiyh ran,kenapa juga gue ngiri ama lo? Aku juga udah punya cowok kali. Ran,kamu tau stela ama orchid kan? Dulu mereka sahabatan,tapi sekarang dia musuhan hanya karena kak rasyid. Udahlah,jangan terlalu tinggi kamu mengharapnya,dia hanyalah cowok yang suka cari perhatian kesana kemai dari cewek.”
“lala,lu serius?”
“ya udah deh,gini aja. Aku gak  mau meracunimu banyak-banyak. Yang pasti kamu jaga jarak aja ama kak rasyid. Jangan terlalu tinggi mengharapnya dan cari tau semua sendiri biar kamu puas tau semua itu.”
“oh,iya la. Makasih ya sarannya.”
Aku semakin penasaran dengan perkataan lal yang menghujam jantungku. Sosok rasyid yang ku kenal baik dan lugu,apakah iya seperti itu?
Beberapa hari aku menjauh dari rasyid,setiap kalinya dia menghubungiku lewat telefon,aku selalu cuek.
Sampai pada akhirnya rasyid sudah tidak pernah menghubungiku lagi. Namun aku masih mencari tau siapa sih rasyid yang sebenarnya?
Sebenarnya sudah sering ku melihat rasyid mengantarkan teman-teman kelas satu,yang tak dijempu seperti yang dia lakukan kepadaku beberapa waktu lalu.
Sore ini aku dan lala keluar untuk sekedar nongkrong bareng di café. Dari kejauhan aku melihat rasyid datang bersama cewek yang tak lain itu adalah juga kakak kelasku,ya,atu angkatan sama rasyid.
Kak ima,anak tiga sastra satu.
“nah,itu ran. Itutu ceweknya rasyid.”
“tapi la,aku beberapa hari ini melihat kak rasyid sering nganterin anak-anak angkatan kita lho. Yang sering dianter tu shelly ama lola,ku kira salah satu mereka ceweknya.”
“nah itu apa rani,aku bilang ke kamu. Dia sering cari perhatian ke adik-adik kelasnya. Padahal kak ima itu setia dan perhatian lho ama rasyid.”
“emang gak pernah ketahuan gitu la?”
“yahhh..udah pernah dulu ketahuan pas ama orchid. Tapi kak ima maafin dia terus.”
“waah.. hebat ya kak ima. Dia tangguh,bisa bertahan dnegan cowok kayak gitu.”
“ya mungkin dia punya alasan sendiri ran,buat mertahanin hubungannya.”
Obrolan di café itu terhenti kala malam mulai datang. Sesampainya di rumah,aku hanya bisa memandangi wajah rasyid yang menjadi foto profil fbnya.
Hati ini seraya berkata “kak rasyid,ada apa dengan dirimu? Hingga kamu menjajaki hati wanita dan meninggalkannya dengan bekas luka?apakah tak cukup bagimu memiliki dia yang cantik sebagai teman hatimu?”
Rasaku terhadap kak rasyid pun semakin memudar,aku tak mau menyakiti hatiku dengan tingkah dia. Aku tak sanggup untuk itu. Biarlah aku mengagumimu di kilauan debu yang terhempas di halaman sekolah dalam setiap langkahmu sebagai seorang yang aktif dan kharismatik.

oleh : Nur An Nisa Sholikhah

You may also like

Mengutuk Buku Itu

“Pokoknya semester depan aku mau bantu bapak di