Oleh: M. Jia Ulhaq
Hilir musim telah berganti, rakyat sudah menanti
.
Datang musim di pagi hari, dengan aroma melati berbau musim semi.
.
Pemilik kebun silih berganti untuk menanam kembali
.
Bunga telah mekar tembok-tembok mulai mencengkram di lahan-lahan.
.
Geredak-guruduk suara kasar mencari lahan, cekakak cekikik sang makelar.
.
Nada kesedihan terdengar di bilik-bilik rumah. Asap di dapur tak lagi terlihat.
.
Kucari bunga yang dihinggapi lebah agar aromanya masuk dalam hati.
.
Kucari di tanah Sunda, tapi tanah Sunda sedang dicengkram oleh alat berat yang menggusur rumah yang menanam bunga.
.
Di Jogja, kucari kesana, tapi, lahan, Jogja sudah dijadikan tempat parkir burung pengantar.
.
Tanah Kalimantan, kucari kesana, tapi, kalimantan sudah dijadikan lahan tambang.
.
Terus kucari sampai tanah Papua, tapi, Papua sedang terjadi huru-hara, ku urungkan niat tuk kesana.
.
Tanah Sumatera, banyak bunga yang mekar, tapi nyatanya lahan disana sudah hangus terbakar.
.
Kemana lagi ku cari bunga yang mekar untuk meminang?
.
Mungkin harus pergi ketanah surga (katanya).
M. Jia Ulhaq adalah jurnalis LPM Rhetor dan Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.