Pendidikan Nasional Masih Sarat Masalah

1045

Hardiknas Menggelora : Ratusan mahasiswa lintas organisasi dan kampus memadati titik 0 Km Yogyakarta guna menyampaikan kritik dan masukan terhadap kondisi pendidikan nasional, 02-05-2015.

Yogyakarta, RHETOR_ONLINE – Sehari pasca hari buruh (MayDay), demonstrasi besar-besaran kembali terjadi di Jl. Malioboro Yogyakarta. Kali ini, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Gerakan Nasional Pendidikan (GNP)  menggelar aksi refleksi peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di sepanjang Jl. Malioboro- 0 KM Yogyakarta, 02-05-2015.
Secara bergantian, pimpinan organisasi yang tergabung dalam aliansi tersebut mengkritisi serta memberikan masukan terkait sistem pendidikan nasional. Mereka menganggap kondisi pendidikan nasioal kini mengalami dehumanisasi. Karenanya, dengan tegas mereka mengatakan bahwa pendidikan merupakan instrumen untuk memerdekakan setiap manusia dari keterkungkungan, yang pada muaranya ialah untuk memberikan sumbangsih terhadap kemajuan bangsa.
Dalam press realese yang di publis, Ada 7 point yang mereka tuntut kepada pemerintah, yaitu : 
1.      Hentikan kapitalisasi dan liberalisasi pendidikan
2.      Hentikan politisasi pendidikan
3.      Cabut UU NO 20 Thn 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
4.      Cabut UU NO 12 Thn 2012 Tentang Perguruan Tinggi
5.      Cabut PERMENDIKBUD NO 49 Thn 2014 Tentang Standar Pendidikan Tinggi
6.      Cabut PPG (Program Profesi Guru) dan perbaiki serta tingkatkan kualitas pendidikan
7.      Hapuskan Ujian Nasional
Tak hanya menggugat, solusi bagi permasalahan pendidikan mereka tawarkan, diantanya :
1.      Wujudkan Pendidikan Gratis, Ilmiah, Demokratis dan bervisi kerakyatan
2.      Laksanakan Pasal 31 UUD 1945
3.      Laksanakan Pasal 33 UUD 1945
4.      Pemerataan pendidikan di semua wilayah
5.      Penerapan alokasi 20% APBN secara maksimal dan transparan 
Mardan, pimpinan organisasi Cakrawala yang tergabung massa aksi dalam orasinya mengatakan bahwa, yang menjadi perhatian khusus di momentum Hardiknas ini yaitu, menuntut pemerintah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan besar dalam pendidikan di Indonesia seperti akses bagi rakyat miskin, demokratisasi di ruang pendidikan, dan mengevaluasi lembaga-lembaga pendidikan yang hanya membentuk buruh-buruh pabrik.
Di tempat yang sama, seusai orasinya dia menegaskan bahwa aksi ini mengajak semua pelajar untuk mengecam sistem pendidikan di Indonesia saat ini yang masih jauh pangang dari api, “sudah tersampaikan di orasi-orasi, hari ini kita mengajak semua civitas akademik untuk mengecam sistem pendidikan di Indonesia yang masih gak jelas,” pungkasnya.
Salah satu pejalan kaki asal solo Beby, yang waktu itu sedang berlibur di Maliobaro turut apresiasi atas aksi demonstrasi mahasiswa yang dilihatnya, baginya tuntutan dari setiap warga negara dalam hal ini massa aksi untuk mendapatkan pendidikan itu bukan tanpa alasan, sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. ”saya apresiasi sekali,  wajar mereka menyuarakan bahkan menuntut pemerintah, itu tandanya pemerintah belum sepenuhnya menerapkan UUD 1945,” Ujarnya.[A. Adam M]

You may also like

International Women’s Day Yogyakarta 2024: ‘Mari Kak Rebut Kembali!’

Aksi ini tidak terkesan sangat maskulin. Ini kan