Lpmrhetor.com- Naiknya harga BBM pada Sabtu, 3 September 2022 lalu memicu amarah rakyat. Segenap elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa hingga buruh turut mengadakan demonstrasi di berbagai kota, seperti Jakarta, Bengkulu, hingga Makassar. Tidak ketinggalan, Aliansi Rakyat Bergerak pun juga menggelar aksi di Kota Yogyakarta pada Rabu, 7 September 2022.
![](https://i1.wp.com/lpmrhetor.com/wp-content/uploads/2022/09/IMG_1044-300x200.jpg?resize=393%2C262&ssl=1)
Pada aksi kali ini, massa aksi mengecam keputusan pemerintah yang telah resmi menaikkan harga BBM hari Sabtu lalu. Pengumuman kenaikan harga BBM tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo yang memutuskan; subsidi pertalite menjadi Rp10,000,00 per liter dari harga sebelumnya yakni Rp7,650,00 per liter, BBM subsidi solar dari Rp5,150,00 per liter menjadi Rp6,800,00 per liter hingga BBM non-subsidi pertamax dari Rp12,500,00 per liter menjadi Rp14,500,00 per liter. Tentunya hal ini akan berdampak pada naiknya harga bahan-bahan pokok, mengingat fakta bahwa BBM adalah salah satu kebutuhan vital mendasar untuk mayoritas rakyat.
“Kita sebagai rakyat perlu curiga kepada pemerintah, hadirnya mega proyek seperti pembangunan IKN (Ibu Kota Negara), Food Estate di Papua, penambangan batuan andesit di Wadas dan beberapa proyek strategis nasional yang memakan ribuan triliun yang berasal dari pajak rakyat bisa jadi adalah motif pemerintah ketika memangkas subsidi BBM serta menaikkan pajak.”
Penggalan paragraf di atas merupakan salah satu kekhawatiran massa aksi yang tertuang dalam press release. Aliansi Rakyat Bergerak juga menyuarakan beberapa tuntutan, seperti menolak kenaikan harga BBM dan harga bahan pokok, meminta pemerintah untuk memaksimalkan APBN demi subsidi BBM, menarik militer dari Papua Barat, menghentikan perampasan tanah adat di Papua hingga memberikan hak untuk menentukan nasib bagi bangsa Papua itu sendiri.
![](https://i1.wp.com/lpmrhetor.com/wp-content/uploads/2022/09/IMG_1050-300x200.jpg?resize=420%2C280&ssl=1)
Sesuai pamflet pengumuman aksi, massa berkumpul di sekitar Asrama Mahasiswa Papua Kamasan dan melakukan long march menuju gedung DPRD Provinsi DIY yang terletak di Jalan Malioboro. Selama aksi berlangsung, para demonstran menyanyikan lagu dengan bait-bait kekecewaan yang tergambar jelas: ‘Naik, naik, BBM naik. Tinggi, tinggi sekali.’ ‘Dibawah kuasa tirani, Jokowi!’
Long march dilakukan sejauh kurang lebih 4 kilometer. Selama perjalanan, massa aksi juga menyuarakan protes terhadap perlakuan pemerintah atas masyarakat Papua selama ini. Eksploitasi lahan, minimnya akses transportasi ke desa-desa kecil, hingga timpangnya harga bahan pokok yang ada disana. Tagar #FreeWestPapua berseliweran di poster-poster yang mereka pegang, hingga orasi terkait hal tersebut.
![](https://i2.wp.com/lpmrhetor.com/wp-content/uploads/2022/09/IMG_1064-300x200.jpg?resize=374%2C249&ssl=1)
Salah satu demonstran bernama Jupe yang berasal dari Papua mengatakan bahwa masyarakat Papua sejatinya sudah terbiasa dengan kenaikan harga BBM. Mengingat di tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya harga BBM di Papua bisa mencapai 100 ribu per liter.
“Di sini kalo harga BBM naik, pasti langsung demo besar-besaran, lah kalau di kami harga BBM mahal sudah biasa. Dari dulu ya juga sudah mahal,” ujarnya.
![](https://i2.wp.com/lpmrhetor.com/wp-content/uploads/2022/09/IMG_1157-300x200.jpg?resize=380%2C253&ssl=1)
Per September 2022, harga BBM di seluruh Indonesia sudah ditetapkan. Dikutip dari Sindonews.com, harga BBM di Papua untuk Solar menjadi Rp6,800,00 per liter, Pertalite Rp10,000,00, Pertamax Rp14,850,00, Pertamax Turbo Rp16,250,00, dan Dexlite Rp17,450,00.
Meskipun harga BBM di Papua sudah disesuaikan dengan harga nasional, harga bahan pokok dan bahan baku di sana tetap melejit. Salah satunya adalah semen. Imbas dari kenaikan harga BBM semen di sana dijual dengan kisaran Rp650,000,00 per sak sesuai kutipan di laman Tempo.co. Hal ini tentu merupakan suatu kesenjangan, mengingat harga semen di Pulau Jawa hanya 40 hingga 50 ribu.
![](https://i1.wp.com/lpmrhetor.com/wp-content/uploads/2022/09/IMG_1102-200x300.jpg?resize=212%2C318&ssl=1)
“Masyarakat di Papua sudah terbiasa dengan melejitnya harga. Sekarang kami hanya mau kami diberikan kebebasan dan hak untuk mengatur tanah kami sendiri,” pungkas Jupe. []
Reporter: Hanifah Ramadhani Kutia
Editor: Muhammad Rizki Yusrial