Kelud Muntah, Gowok Lumpuh

887
‘’sepanjang jalan dusun, lorong-lorong rumah, warung makan, dan lokasi-lokasi pertokoan, pun tak luput dari serbuan hujan abu halus nan tajam atau yang populer disebut abu Vulkanik ’’
 
Gowok adalah sebuah Dusun, sejajar dengan dukuh atau Desa di perkampungan. Dusun tersebut berada di kecamatan Depok kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Penduduknya cukup padat dan ramai, sebagian merupakan penduduk asli, sebagian yang lain adalah mahasiswa yang indekost. Layaknya sebuah dusun, tiap saat Gowok selalu ramai oleh lalu lalang dan aktivitas penduduknya, mulai dari jualan, kumpul-kumpul bagi anak mudanya dan segenap rutinitas kewargaan dan ketetanggaan lainnya. Karenanya, kegiatan RT dan RW di Dusun tersebut waktu malam dan siang selalu ramai. Namun secara tiba-tiba, pada hari kamis (02/14) terhitung sejak pagi hari, suasana berubah drastis. Sepanjang dari keseluruhan jalan di kompleks Gowok jarang ditemukan orang beraktivitas, bahkan sejak jam 07.00-12.00 di hari tersebut, hampir tak ditemukan orang berlalu lalang.

Ya, di hari tersebut ada sebuah fenomena alam yang luar biasa, hujan abu Vulkanik dahsyat yang oleh penduduk setempat dianggap mengalahkan dahsyatnya abu merapi yang meletus pada tahun 2010 lalu. Hujan abu yang berlangsung sekitar 8 jam tersebut merupakan dampak dari meletusnya gunung kelud di kediri jawa timur. Saking dahsyatnya letusan, jarak 350 meter dari lokasi gunung kelud ke dusun Gowok, tetap tak membendung sampainya abu bertebal 2 cm bertebaran dan mengepung segenap Dusun Gowok, bahkan seluruh daerah di Yogyakarta.

‘’ Sungguh, ini fenomena luar biasa mas, masa’gunung kelud yang jaraknya jauh di jawa timur sana, mampu menghujankan abu hingga setebal ini, ‘’ ungkap Rini. Rini adalah ibu setengah baya yang mengaku penduduk asli dusun Gowok, dia juga mengaku telah tiga kali mengalami fenomena hujan abu selama hidupnya di Gowok. Rini mengaku, bahwa hujan abu kelud yang ia alami kali ini merupakan yang terdahsyat di banding dua kali hujan abu dari letusan gunung merapi, ‘’ kalau dibanding hujan abunya merapi, mungkin tebalnya masih dua kali lipat yang ini mas,’’ tuturnya sembari menutupi hidungnya dengan kerudung tipis yang biasa ia kenakan untuk menutupi kepalanya.

Hujan abu dari letusan kelud kali ini memang telah memecahkan rekor hujan abunya merapi tiga tahun silam, jika abu merapi hanya melumpuhkan aktivitas masyarakat selama sehari, namun kali ini tak berlaku bagi abu kelud. oleh masyarakat setempat, abu tersebut diperkirakan mampu melumpuhkan seluruh aktivitas khususnya perekonomian selama 3-6 hari kedepan, ‘’ dengan kondisi polusi abu yang seperti ini, saya agak bimbang membuka angkringan di lima hari kedepan ini mas, khawatir tak ada yang membeli,’’ ujar totok di teras rumahnya dengan raut muka terkesan lesu, totok adalah pedagang angkringan di Gowok, dia biasa membuka warungnya dari jam 06.00- 12.00 Wib. Namun, seminggu ini dia berencana menutup angkringanya, sebab menurutnya, abu yang beterbangan sana sini dapat membuat orang malas keluar rumah, bahkan untuk sekedar ngangkring. Sehingga, kalau warung angkringan tetap dibuka, menurutnya hanya akan dihinggapi abu, bukan orang.

Di dusun tersebut sebenarnya Tak hanya totok yang memutuskan untuk menutup angkringnya selama beberapa hari kedepan, pun warung penyet milik Rustyana yang biasanya beroperasi pada waktu malam dari jam 19.00-11.00 juga ditutup. Warung tersebut tepat berada di pinggir jalan utama kawasan dusun Gowok. Rustyana atau yang akrab dipanggil bu Rus sendiri adalah pedagang yang merantau dari Lamongan. Dia memilih menutup warungnya dengan alasan kondusivitas lingkungan yang belum stabil dimalam hari, ‘’ besok saja la mas kalau abunya sudah bersih,’’ ujarnya sembari membersihkan sisa-sisa abu di warung gubuk penyetnya.

Dusun sigap bencana 
Rumah Kepala RT 06 Gowok terletak tak terlalu jauh dari jalanan umum penduduk, letaknya pas di pojok dusun Gowok sebelah Barat, di halamannya tampak ditumbuhi sebuah pohon mangga, daunnya yang rimbun dan kehijauan, kini sudah lusuh dengan debu warna putih, khas warna abu. Sebenarnya hal tersebut juga berlaku bagi seluruh dedaunan lain yang tumbuh di seluruh dusun Gowok dan sekitarnya. Hampir keseluruhan tumbuhan tak ada yang selamat dari hinggapan abu yang menumpuk diatasnya.

Hari sabtu, selang sehari pasca hujan abu, dari kejauhan tampak beberapa orang bergerombol di teras rumah kepala RT 06. Saat di temui dan ditanyai salah satu dari mereka yang ikut, ternyata di rumah tersebut  sedang diadakan musyawarah dalam rangka menyikapi bencana hujan abu yang datangnya tak di sangka-sangka sebelumnya. Zainal adalah salah satu warga RT 06 yang turut ikut dalam musyawarah tersebut, ditanya mengenai hasil musyawarah, dia bertutur bahwa pembahasan dalam musyawarah tersebut ialah terkait penyemprotan air terhadap jalan utama di dusun Gowok, khususnya di kawasan RT 06, menurut zainal, seluruh kepala RT yang tersebar diseluruh dusun Gowok juga telah melakukan musyawarah yang sama dengan agenda yang sama pula, yakni membersihkan jalanan dengan segera, ‘’ kita memang dihimbau untuk segera bertindak membersihkan Dusun, sebab jika nunggu hujan yang tak tentu turunnya, warga akan terhambat dalam beraktivitas keluar rumah,’’ tutur zainal di persimpangan jalan paving yang terletak di sekitar gang RT 06.[Haedar de Ahmad]

You may also like

International Women’s Day Yogyakarta 2024: ‘Mari Kak Rebut Kembali!’

Aksi ini tidak terkesan sangat maskulin. Ini kan