Puisi-Puisi Rodiyanto: Andai Aku Sulaiman

972
Ilustrasi: satujam.com

Oleh: Rodiyanto*

ANDAI AKU SULAIMAN

 

Dari Bilqis, aku memagari muslihat

Pesona yang pudar

Tahta dan kemewahan yang tuli

Sekembali di kaki Sulaiman

Sungai mengaliri

Serupa ikan bermuka ganda

Pada kaki yang sedari tadi memijati lelantai

Lelangkah terhitung sembari lupa, ini yang keberapa?

 

Konon di negerinya

Tak ada nestapa

Tak ada sengsara

 

Andai aku Sulaiman

Adakah kini luka?

Adakah kini sengsara?

Negeri Sulaiman kedua

:Indonesia

 

Mungkin saja!

 

Yogyakarta, 2017

 

AKU DAN KOPI PARUH WAKTU

 

aku dan kopi bersenggama

malam ini

bercerita perihal pahit

dan sebujur sisa yang tertinggal

kau enggan bercerita lebih

sebab padamu kecemburuan terlahir

dalam secangkir

sisa-sisa yang tersisa

melumat keanggunan dan wibawamu

melebur di antara seserpihan semesta yang tak kau

kehendaki

sambil menganyam ampas kau bergumam

:bila tabiat menyerupa baiat

apa yang dapat diperbuat

oleh kita yang kecil

yang selepas nikmat ditinggalkan

untuk kepentingan sesaat

ya, seperti aku dan ampas

terhempas sepeninggal lalu

dari kecamuk tak waras

bukankah selalu begitu?

ah, ternyata kau hendak melucuti ke-aku-anku

lantaran yang kau temui kala itu

meninggalkanmu selepas lalu

sendiri dalam buai janji aku yang lain

mengandai setinggi siwalan rapuh

setiba jatuh, mengeluh

dan meninggal tak bernama

tanyaku “masihkah kau angkuh?”

 

Yogyakarta, 2017

 

TANAHKU, TANAH SURGA

 

Tanahku, tanah surga

Banyak reranting menjelma pusaka

Kerikil dan bebatu menyulam diri selayaknya lumbung

Kemah bagi sesuap

Tak jarang di tanahku, ulat dibuat cemburu

Meninggalkan rumah selepas kepompong yang tak sampai

Beradu, mengejar purna usia

Sepeninggal menanam pagi dengan padi

Tanahku, tanah surga

Kehidupan bergelayut padanya

Tak rela memaling muka

Tertinggalkan pada kusut tanahku

Biduk sepanjang galah menempa setiap keruntuhan

Menyibak segala dalam gegas terompah

Dan di ujung bumi

:kau tertancap

 

Yogyakarta, 2017

 

*Mahasiswa asal Sumenep dan tercatat sebagai salah satu ‘buruh’ Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga. Saat ini masih langgeng di KMPD dan LPM Arena.

You may also like

Puisi-puisi Syarif Hidayat: Ayat Abu-abu

AKU INI APA? 2019   Berkenankah dirimu mendengarkan