Aber Memperkosa Ibu

8167
Ilustrasi: Lajur Kiri

Oleh: Lajur Kiri*

 

Narasi 1

Suatu hari aku berjalan dengan temanku yang bernama Aber. Ketika itu, aku dan Aber mau pergi ke pasar, dia mau membeli cabe tetapi di tengah perjalanan dia berhenti dan segeralah ku tanya dia.

“Kenapa kau berhenti, Ber?”

“Aku tergoda sama ibu itu yang kulitnya merah merona, mulus, dan rambutnya pun masih lebat dan rindang.” ujar si Aber.

Aber tak kuasa menahan nafsunya. Dengan cekatan dia berlari sekencang-kencangnya, segera aku berteriak sekuat tenaga.

“Aber itu ibu kita,” tapi tak dihiraukanlnya teriakanku, karena dia telah berhasil meraih si ibu.

Setelah Aber berhasil meraih ibu, tak membuang-buang waktu dia merobohkan rambut si ibu yang berdiri tegak dengan tangannya dan melahap habis kulit si ibu yang merah merona dengan lidahnya. Betapa menikmati sekali si Aber itu dan aku berteriak berulang-ulang kali tetapi percuma saja karena dia sudah tak tau mana daratan mana lautan, karena sudah bergairah untuk menikmati apa yang ada di dalam si ibu.

Si Aber mulai perlahan-lahan menikmati permainannya dan ternyata dia mengambil mesin pencukur rambut di dalam sakunya. Tak puaskan dia merobohkan rambut si ibu dengan tangannya, lalu dicukurlah rambut si ibu dengan habis-habisan sampai tak tersisa sedikitpun.

Si ibu berteriak dan mengeluarkan air mata karena sudah tak kuasa menahan sakit atas apa yang sudah dilakukan si Aber. Dan aku tak tega melihat ini semua karena ibuku diperkosa oleh Aber tetapi aku tak bisa menghajar karena Aber sangat kuat sekali.

 

Narasi 2

Sangat terasa teriris hati ini ketika ibuku telah dibotaki oleh Aber. Membara api yang ada di dalam tubuhku sehingga marah besar. Andaikan aku Gatotkaca, pasti telah ku sirnakan itu si Aber.

Aber tak hanya mencukur rambut si ibu, tetapi dia juga melepaskan bajunya dan menghisap  apa yang ada di dalam dada si ibu – sepintas ku teringat kalau di dalam dada ibuku, selain susu, ada pula emas yang sangat melimpah ruah.

Aku hanya terus-terusan meneriaki si Aber.

“Hentikan Aber. Jangan habiskan. Kasihan anak cucuku.”

Teriakanku tetap masih tidak dipedulikan oleh si Aber. Dia masih menghisap dan menghisap terus menghisap, sampai habis.

Habislah sudah susu dan emas milik si ibu. Kulihat dengan mataku yang melotot ini, si ibu mulai lemas, karena setengah dari energinya sudah habis juga dihisap sama Aber.

Si Aber mulai makin bersemangat karena bisa dapat keuntungan banyak dari ibuku, yang padahal ibunya juga.

 

Narasi 3

Si Aber masih tidak puas atas apa yang ia dapatkan. Dia menarik lagi rok yang bermotifkan batik, dan si Aber terkejut saat melihat surga dunia yang ada di depannya sekarang.

Segeralah si Aber menancapkan senjatanya, sehingga si ibu merasakan kesakitan tiada tara daripada sebelum-sebelumnya. Ibuku mulai melelehkan air mata darah karena merasakan sakit di dalam hati dan sakit di tubuhnya.

Ibuku menangis sambil berucap: “Kenapa kau begitu tega sekali sama ibumu sendiri? Setiap hari kau ku kasih makan, dan setiap hari ku kasih kau kehidupan, tetapi kenapa kau membalas itu semua dengan memperkosa ku?”

Tetap saja si Aber tak menghiraukan ucapan si ibu, dan dia tetap terus menancap-nancapkan senjatanya.

Aku merasa tak berdaya, karena yang ku bisa lakukan saat ibuku tersiksa ialah berteriak dan marah. Betapa pecundangnya aku.

 

Narasi 4

Si Aber sebentar lagi akan mencapai klimaks kepuasaannya, dan ibuku akan berhenti dari siksaan dan rampasan darinya yang dari tadi tak kunjung henti.

Si Aber mencapai klimaksnya dan dia sekarang sudah mendapatkan semuanya yang ada dari sang ibu. Seketika itu si Aber menertawai dari atas tubuh si ibu. Hampir ibuku mati karena siksaan dari Aber, tetapi ibuku masih mempunyai sedikit nyawa untuk dia marah.

Dan aku bersyukur sekali karena ibuku masih mempunyai sedikit nyawa dan aku sekali lagi berteriak untuk ibuku,

“Ibu udah memberi, ibu disakiti, ibu berhak marah!”

Ku ucapkan itu berkali-kali, sehingga membuatnya semakin marah, marah, dan marah.

Dengan marah ibuku mengepalkan tangannya dan maju kemuka, sehingga membuat semua yang ada di sekeliling bergetar. Angin mulai kencang, gunung vulkanik meletus, dan ombak yang sangat tinggi menerjang semuanya dan melenyapkan semuanya.

 

*Mahasiswa IKS.

You may also like

Mengutuk Buku Itu

“Pokoknya semester depan aku mau bantu bapak di