Novel Puthut EA ‘Cinta Tak Pernah Tepat Waktu’ Difilmkan oleh Hanung Bramantyo

663
Foto/Olivia Subandi

lpmrhetor.com – Hanung Bramantyo memperkenalkan film terbarunya berjudul “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” dalam acara Syukuran dan Cast Reveal film tersebut  di Akademi Bahagia EA, Area Sawah, Sukoharjo, Sleman pada Jumat (01/12/20223). Film ini diadaptasi dari novel karya Puthut EA dengan judul yang sama.

Hanung Bramantyo, sutradara film “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu”, mengungkapkan alasan dirinya ingin mengalihwahanakan novel Puthut ke dalam bentuk film. Menurutnya, sebagai laki-laki, ia harus membuat film tentang laki-laki. Ia menyebutkan bahwa novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu adalah “ensiklopedia laki-laki”.

“Sebetulnya laki-laki itu makhluk yang selalu takut. Kalau, toh, dia berani atau menunjukkan keberaniannya, perangainya yang kasar, terus mukulin ini segala macam, sebenernya dia lagi menutupi rasa takut itu. Nah, ini yang sebetulnya ingin saya sampaikan. Ketakutan laki-laki untuk berbuat apapun,” jelasnya mengenai pengertian “ensiklopedia laki-laki”.

Film ini akan mulai melakukan proses syuting pada tanggal 5-28 Desember 2023 di Jogja, Rembang, Magelang, dan Pemalang dan dijadwalkan akan rilis di bioskop pada tahun 2024. “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” akan menjadi film pertama Hanung Bramantyo yang bertemakan laki-laki.

Refal Hady, Nadya Arina, Miran Filza, Carissa Perusset dan beberapa aktor lainnya akan bermain dalam film ini.

Puthut EA selaku penulis novel juga mengungkapkan rasa penasarannya terhadap film ini.

“Karena beberapa kali naskah, jadi semuanya mesti didialogkan, mesti ada pengadegannya, dan sebagainya,” tutur Puthut.

Novel ini sendiri juga menjadi novel yang tidak mudah untuk dialihwahanakan karena tokoh utama dalam novel tersebut sering melakukan monolog dan merenung. Adapun, dari 15 bab novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu ini menggunakan kata ganti “Aku”. Sedangkan, nantinya di dalam film “Aku” ini akan menggunakan nama Daku Ramala.

“Saya kira itu yang bikin penasaran juga jadi filmnya seperti apa. Karena beberapa kali naskah, jadi kaya gitu tuh ga mungkin ya, semuanya mesti didialogkan, mesti ada pengadegannya, dan lain sebagainya,” pungkas Puthut. []

Reporter: Aida Husna Rahmadani

Editor: Hifzha Aulia Azka

You may also like

Regent; Teater Guriang Menanggapi Keresahan Museum Antikolonialisme Multatuli

lpmrhetor.com – Dalam menanggapi keresahan Museum Multatuli sebagai